Model Spasio Temporal untuk Memetakan Jasa Ekosistem Berbasis Air University General

 


Sesuai dengan kurikulum Program Studi Doktor Ilmu Lingkungan Pascasarjana Universitas Udayana (PDIL Pasca Unud) dimana sebelum mahasiswa dinyatakan sebagai kandidat doktor, maka mahasiswa wajib menempuh ujian kualifikasi. Terkait dengan hal tersebut pada Hari Jumat 19 Agustus 2022 telah berlangsung Ujian Kualifikasi mahasiswa PDIL atas nama I Gede Yudi Wisnawa secara online via Cisco Webex Meeting. Judul rencana penelitian yang disampaikan oleh Yudi dalam Ujian Kualifikasi ini adalah "Model Spasio Temporal untuk Memetakan Jasa Ekosistem Berbasis Air Pada Desain Tapak Kawasan Hutan Mertajati Dalem Tamblingan, Bali". Ujian dipimpin oleh Prof. Dr. Ir. I Wayan Sandi Adnyana, MS., sebagai ketua penguji dengan dibantu oleh lima orang anggota penguji yakni, Prof. Dr. Ir. I Wayan Nuarsa, M.Si., Prof. Ir. I Wayan Arthana, MS, PhD., Dr. Ir. I Made Sudarma, MS., I Wayan Gede Astawa Karang, S.Si, M.Si, PhD., serta Abd. Rahman As-syakur, SP, MSi, PhD.
Adapun tujuan dari rencana penelitian ini adalah: untuk memetakan model spasio temporal (kawasan dan musiman) jasa ekosistem berbasis air dikaitkan dengan desain tapak pada zona pemanfaatan di Kawasan Hutan Mertajati Dalem Tamblingan; untuk menganalisis kemampuan zona pemanfaatan pada desain tapak yang dapat dikelola oleh masyarakat desa lokal di Kawasan Hutan Mertajati Dalem Tamblingan; serta untuk mengevaluasi seberapa besar perubahan yang bisa ditolerir oleh zona inti pada desain tapak di Kawasan Hutan Mertajati Dalem Tamblingan.



Dalam paparannya disebutkan bahwa Kawasan Hutan Mertajati Dalem Tamblingan merupakan hutan yang berada di sekitar danau Tamblingan. Hutan ini oleh masyarakat Adat Dalem Tamblingan diberi nama Hutan (Alas dalam Bahasa Bali) Merta Jati, yang artinya sumber kehidupan yang sesungguhnya. Sejarah mencatat Kesatuan Masyarakat Catur Desa Adat Dalem Tamblingan mewarisi tradisi peradaban Tamblingan yang telah ada sejak zaman megalitikum. Seperti halnya pada masyarakat di Desa Munduk, Buleleng ditemukan peninggalan megalitikum, yang oleh masyarakat setempat disakralkan dengan sebutan Celak Kontong Lugeng Luwih di Pura Dalem Tamblingan, sebuah penyebutan nama kelamin laki dan perempuan bagi masyarakat Bali. Patung megalitikum yang disucikan ini, berbentuk batu monolit dengan lubang di tengah-tengah, perlambang (kekuatan perempuan), satu buah batu monolit yang lain berbentuk silinder tertancap pada lubang tersebut (kekuatan laki), menyerupai persenggamaan laki dengan perempuan. Masyarakat Bali meyakininya sebagai perkawinan mistik Bapak Langit dengan Ibu Bumi. Benih perkawinan ini terburai dalam hujan, dan oleh hujan yang cukup membuat bumi subur, ujung-ujungnya semua mahluk  hidup lantas menemu sejahtera (Sarad, Maret 2005: 53 dalam Adnyana, 2016).

Ditambahkan pula Kawasan Hutan Mertajati Dalem Tamblingan dengan segala potensi dan keunikannya perlu dikelola dengan baik sesuai kaidah-kaidah pengelolaan hutan yang berlaku, pengelolaan dapat dilaksanakan secara efektif dan terstruktur maka arahan pengelolaan, serta tujuan dan sasaran pengelolaan harus jelas. Pengelolaan Kawasan Hutan Mertajati Dalem Tamblingan sedapat mungkin mampu mengakomodir berbagai kepentingan berdasarkan fungsi pokoknya secara lestari, seimbang dan berkesinambungan. Pengelolaan kawasan Kawasan Hutan Mertajati Dalem Tamblingan diarahkan pada pencapaian multi manfaat kawasan dengan tetap mengacu pada prinsip-prinsip kelestarian.

Studi yang menggunakan pengukur aliran dan pengukuran lapangan lainnya untuk menilai dampak tidak dapat memisahkan variabilitas faktor lain sepanjang waktu, termasuk curah hujan, air abstraksi untuk penggunaan manusia dan penggunaan lahan pasca-konversi (Netzer et al, 2019). Menurut Yudi hal tersebut dapat menyulitkan untuk mengisolasi dampaknya dari hilangnya hutan saja, sehingga salah satu solusi untuk masalah ini adalah pemodelan hidrologi, yang dapat menciptakan skenario yang mengisolasi perubahan tutupan lahan dari perubahan lain pada lanskap (DK).